Posisi kinerja manufaktur RI terus menguat didorong permintaan pasar domestik sehingga meningkatkan produksi. Hal ini tercerminkan dari laporan Purchasing Mananger Index (PMI) yang berada di level ekspansi.

Berdasarkan data dari S&P Global, PMI manufaktur Indonesia menempati fase ekspansi dalam kurun waktu 30 bulan terakhir. Pada Februari 2023, level PMI tercatat di angka 52,7.

Ketua Bidang Ketenagakerjaan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Bob Azam mengatakan capaian tersebut harus diiringi dukungan strategis pemerintah melalui kebijakan pro industri demi memacu pertumbuhan ekonomi.

"Misalkan kita ingin produksi, tapi beberapa bahan baku impor sulit didapat, itu juga akan menghambat untuk tercipta sektor rill nya," kata Bob dalam keterangan resminya, dikutip Senin (25/3/2024).

Sejumlah industri pengolahan atau manufaktur diproyeksi mendapat berkah Ramadan yang dinilai mampu meningkatkan permintaan dari bulan normal.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) meramal peningkatan permintaan dapat mencapai 30% pada Ramadan 2024. Pesanan dari ritel untuk produk makanan dan minuman telah meningkat sebulan sebelumnya.

"Umumnya [permintaan] bisa 30% di bulan Ramadan ini, kami harapkan Ramadan kali ini bisa tumbuh lebih," ujar Ketua Umum Gapmmi, Adhi S. Lukman kepada Bisnis, dikutip Senin (11/3/2024).

Dia juga memastikan ketersediaan bahan baku untuk menunjang kebutuhan produksi telah terpenuhi. Aktivitas produksi pun dapat digenjot untuk satu bulan ke depan.

Sebanyak 16 smelter terintegrasi ditargetkan rampung pada 2024. Menurut Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Suswantono, smelter tersebut adalah untuk industri nikel, bauksit, besi, dan tembaga.

"Pembangunan fasilitas pemurnian mineral terintegrasi pada 2024 ditargetkan sebanyak 16 smelter," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (19/3/2024).

Kementerian ESDM menargetkan 7 unit smelter nikel berdiri tahun 2024. Menurut Bambang, sejauh ini sudah ada 5 smelter yang rampung, sementara 2 lainnya masih dibangun. Total investasi pada ketujuh smelter nikel ini mencapai US$ 2,67 miliar atau sekitar Rp 41,91 triliun (kurs Rp 15.700).

"Pertama smelter nikel ditargetkan sebanyak 7 unit. 5 unit sudah selesai dibangun, 1 unit dengan progres pembangunan 90%. kemudian 1 unit di bawah 30%, dengan total investasi sebesar US$ 2.676,4 juta," paparnya.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membantah sektor industri di Indonesia memasuki fase deindustrialisasi. Dia meyakini bahwa kondisi manufaktur dalam negeri saat ini dalam kondisi yang sehat.

“Saya bisa menjelaskan bahwa manufaktur pasti sedang tidak dalam deindustrialisasi, dengan data-data. Kita bukan 50,2 [PMI manufaktur] tapi 52, sekian ini very health,” kata Agus saat ditemui di Denpasar, Rabu (6/3/2024).

Agus menuturkan, sejumlah indikator kinerja manufaktur Indonesia menunjukkan peningkatan. Salah satunya ditunjukkan dengan angka purchasing manager's index (PMI) manufaktur Indonesia yang masih bertahan di level ekspansif. PMI manufaktur Indonesia pada Februari 2024 menyentuh skor 52,7, turun dari 52,9 pada Januari 2024.

Di sisi lain, Agus mengeklaim penyerapan tenaga kerja usai pandemi Covid-19 di sektor industri cukup tinggi. Selain itu, dari sisi ekspor, menurutnya, juga tidak pernah ada penurunan.

Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) melaporkan penjualan industri minuman ringan tumbuh 3,1% (year-on-year/yoy) pada 2023 yang didorong permintaan produk air mineral dalam kemasan (AMDK).

Ketua Umum Asrim Triyono Prijosoesilo mengatakan pertumbuhan penjualan minuman ringan masih stagnan lantaran industri masih dalam proses pemulihan daya beli konsumen pascapandemi.

"Secara besar 2022-2023 ada pertumbuhan 3,1% kalau total, tapi penyumbang utama dari pertumbuhan itu hanya AMDK, kalau kita keluarkan AMDK pertumbuhan industri -2,6%," kata Triyono dalam Konferensi Pers Kinerja Industri Minuman Tahun 2023 serta Peluang dan Tantangan Tahun 2024, Rabu (13/3/2024).

Adapun, kinerja industri Minuman Siap Saji atau Ready to Drink (RTD) mengalami penurunan yang sangat signifikan sejak tahun 2020. Kala itu, total volume produksi Non Alcoholic Ready to Drink (NARTD) sebesar 6,68 miliar liter per tahun.

Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) menilai prospek industri alat kesehatan (Alkses) Tanah Air cukup potensial dengan nilai pangsa pasar mencapai US$2,2 miliar per tahun.

Ketua I ASPAKI Erwin Hermanto mengatakan pangsa pasar alat kesehatan Tanah Air sangat besar. Asosiasi akan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki industri saat ini untuk menjaring potensi penyediaan alkes dalam negeri.

"Kami di ASPAKI siap mendukung penuh segala upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia terutama dari sisi penyediaan alat kesehatan," kata Erwin, Selasa (5/3/2024).

Dia menjelaskan bahwa prospek industri alkes masih sangat menjanjikan. Pasalnya, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 275 juta dan pangsa pasar alkes produksi dalam negeri berkisar US$2,2 miliar per tahun.