Industri kretek sebagai komoditas strategis nasional menghadapi tantangan serius, terutama dari gerakan anti-tembakau yang semakin masif.

Ketua Umum Masyarakat Pemangku Kretek Indonesia (MPKI), Homaidi, menilai bahwa tekanan tersebut bahkan datang dari regulasi dalam negeri yang dapat membahayakan kelangsungan industri kretek.  

Menurut Homaidi, intervensi dalam bentuk legislasi seperti Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 (PP 28/2024) mengenai pengamanan zat adiktif, termasuk rancangan aturan turunannya, mengancam kedaulatan petani tembakau dan cengkeh serta industri kretek nasional.

"Pemerintah ditekan untuk mengaksesi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang merupakan representasi kekuatan global yang merongrong kedaulatan bangsa," ujar Homaidi dalam keterangannya, Selasa (14/1/2025).

Homaidi menyoroti bahwa PP 28/2024 mengatur pembatasan tar dan nikotin, pelarangan bahan tambahan, serta penyeragaman kemasan yang tidak sesuai dengan karakteristik produk kretek Indonesia.

Potensi pertumbuhan industri manufaktur Indonesia masih sangat besar, tetapi tantangan juga ada di depan mata. Peningkatan daya saing di pasar internasional menuntut efisiensi dan inovasi dari industri dalam negeri.

Meski demikian, dukungan kebijakan, infrastruktur yang memadai, serta akses energi yang terjangkau akan menjadi pondasi kuat bagi industri manufaktur dalam menghadapi persaingan global.

Data BPS menunjukkan, pada triwulan III-2024 industri manufaktur menyumbang 17,18 persen terhadap PDB, atau naik dari 16,70 persen di triwulan sebelumnya. Hingga Oktober 2024, industri manufaktur Indonesia masih tampil sebagai pilar utama perekonomian.

Industri manufaktur Indonesia harus disiapkan menjadi bagian dari pemasok kebutuhan global. Indonesia harus masuk ke dalam sistem perdagangan dunia dan mengikuti kebutuhan manufaktur dunia, hingga akhirnya mampu menjadi bagian dari supply chain global.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berharap harga gas industri yang disubsidi melalui Program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) tetap di angka 6 dolar AS per million british thermal unit (MMBTU).

"Kami tetap berharap bahwa harga gas untuk industri tetap di harga 6 dolar AS dan suplainya lancar," ujar Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif ditemui di Jakarta, Senin (13/1).

Lebih lanjut, dia menyatakan apabila merujuk pada riset yang sudah ada, terdapat korelasi yang negatif antara kebijakan HGBT dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) maupun Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur.

Dia menjelaskan apabila harga dari subsidi industri dinaikkan, hal tersebut akan berimbas tak baik pada angka pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia, dan berlaku sebaliknya.

Pemerintah sedang menyiapkan revisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.  Industri Petrokimia sangat menantikan perubahan aturan yang selama ini mempermudah impor masuk ke pasar lokal.

Sementara itu, Sekjen Asosiasi Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan, Permendag Nomor 8 Tahun 2024 serta beberapa kemudahan lainnya telah memukul habis-habisan industri tekstil nasional selama ini.

Ia bilang,  serbuan impor yang merangsek sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) menimbulkan tantangan di industri petrokimia hulu nasional. Pasalnya, Industri TPT merupakan salah satu sektor pengguna produk hasil industri petrokimia hulu, termasuk industri aromatik.

American & Efird (A&E), produsen benang garmen asal Amerika Serikat, memperkuat jejaknya di Indonesia dengan rencana ekspansi kapasitas produksi dua kali lipat.

Pabrikan benang A&E Indonesia telah hadir sejak 2018 yang berlokasi di Sidoarjo, Jawa Tengah dengan nama PT Benang Amefird Indonesia (BAI).

Presiden A&E Chris Alt mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi jaringan produksi dan pasar yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk itu, awal tahun ini dirinya turun gunung untuk mengarahkan strategi pengembangan.

“Kami membangun tim di sini, kami mengorganisir untuk mengambil langkah berikutnya ke negara ini. Dan kenapa Indonesia? Ini adalah pasar yang sangat penting, yang telah kami hadapi selama ini,” kata Chris saat ditemui usai rapat kerja di Intercontinental Hotel Bandung, Jumat (10/1/2025).

Menurutnya, Indonesia bukan hanya pasar yang potensial untuk produk pakaian, tetapi juga memiliki posisi strategis di Asia, mengingat banyaknya volume ekspor pakaian ke AS.

Indonesia sempat merasakan booming sektor manufaktur pada 1980 sampai 2000 di tengah pertumbuhan konsumsi domestik dan upah pekerja yang masih murah.

Namun, sektor penyerap tenaga kerja ini cenderung berjalan di tempat 15 tahun terakhir. Terlihat dari kontribusi sektor manufaktur ke ekonomi yang bercokol di 20% per September 2024. Tidak jauh berbeda dari posisi 2010 di kisaran 22%.

JP Morgan dalam risetnya mencatat bahwa stagnasi ini dipengaruhi oleh kondisi industri yang berfokus pada sektor padat karya seperti tekstil, perkayuan dan tembakau. Upah pekerja yang makin tinggi cenderung mengurangi daya saing di sektor-sektor tersebut.

Berangkat dari kelemahan ini, JP Morgan berpandangan bahwa Indonesia perlu bertransisi ke sektor manufaktur berbiaya rendah hingga berteknologi tinggi untuk mendukung nilai tambah. Industri penghiliran nikel disebut-sebut menjadi peluang bagi Indonesia untuk kembali meningkatkan kontribusi manufakturnya.