Investasi LG Energy Solution (LGES) dipastikan tetap mengalir di Indonesia meski telah didepak dari Grand Project ekosistem baterai listrik berbasis nikel di Indonesia. Posisinya kini direbut oleh pabrikan baterai asal China, Zhejiang Huayou Cobalt.
Sementara itu, LGES memilih untuk fokus pengembangan pabrik sel baterai yang merupakan perusahaan patungan dengan Hyundai yakni PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power. Produsen baterai asal Korea Selatan itu disebut akan menambah investasi US$1,7 miliar atau setara Rp28 triliun.
Adapun, pabrik PT HLI juga dikenal dengan sebutan Proyek Omega yang merupakan joint venture (JV) ke-4 dalam Grand Project ekosistem baterai RI. Proyek ini fokus pada produksi sektor hilir berupa cells battery untuk menyuplai kebutuhan produksi kendaraan listrik di pabrik Hyundai.
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkap investasi LGES dan Hyundai di pabrik HLI sebesar US$1,1 miliar atau setara dengan Rp18,46 triliun. Pabrikan tersebut telah berproduksi sejak Juli 2024.
Indonesian Petroleum Association (IPA) menekankan pentingnya pembenahan sejumlah faktor kunci agar arus investasi di sektor minyak dan gas bumi (migas) terus mengalir ke Indonesia.
Senior Manager Exploration Petronas Indonesia, Ruszaidi B. Kahar, mengatakan Indonesia masih memiliki keunggulan dari sisi sumber daya alam.
Berdasarkan data SKK Migas, terdapat 65 cekungan sedimen (basin) potensial yang belum sepenuhnya dieksplorasi, menjadikan Indonesia pasar menarik bagi perusahaan migas global.
"Dari sisi country risk, Indonesia termasuk beruntung karena letaknya strategis dan sumber daya alamnya melimpah," ujarnya dalam Media Briefing IPA Convex 2025, Kamis (24/4).
Namun, lanjut Ruszaidi, potensi sumber daya saja tidak cukup. Aspek keekonomian lapangan, seperti harga jual produk migas dan kepastian pasar (off-taker), menjadi penentu minat investor karena terkait langsung dengan proyeksi pengembalian modal.
Perusahaan industri kimia asal China, Golden Elephant (GESC) resmi membeli lahan seluas 20 hektare untuk membangun pabrik bahan kimia ramah lingkungan di Kawasan Industri terintegrasi Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
GESC menggelontorkan investasi senilai US$600 juta atau setara dengan Rp10 triliun untuk melakukan pengembangan proyek tersebut dalam dua tahap. Adapun, serah terima lahan di kawasan JIIPE telah dilakukan.
Chairman Golden Elephant Lei Lin mengatakan, investasi baru ini merupakan ekspansi internasional pertama GESC di luar China. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pusat regional baru bagi pengembangan bisnis mereka di Asia.
"Akhirnya kami memilih JIIPE karena kawasan ini menawarkan integrasi antara industri dan pelabuhan laut dalam, infrastruktur kelas dunia, serta dukungan dari pemerintah dan pengelola kawasan. Ini bukan hanya proyek bisnis—ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan," kata Lei Lin dalam keterangan resminya, dikutip Senin (28/4/2025).
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengkhawatirkan gangguan keamanan dari aksi premanisme berkedok organisasi kemasyarakatan (ormas) dapat mengganggu iklim investasi di Indonesia.
Terlebih, baru-baru ini isu gangguan tersebut makin santer lantaran terjadi di proyek pabrik mobil listrik asal China, BYD di Subang, Jawa Barat.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan, tak hanya dari sisi keamanan perusahaan yang sudah berinvestasi di dalam negeri, gangguan tersebut dapat menghambat potensi investasi.
“Kita terus terang di Kementerian Investasi persoalan premanisme dan juga pungutan-pungutan liar ini berulang kali kami selalu menyampaikan, sangat mengganggu,” kata Nurul saat ditemui di kantor BKPM, Rabu (23/4/2025).
Kawasan industri terintegrasi Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) melakukan prosesi serah terima lahan industri kepada Golden Elephant (GESC), perusahaan kimia terkemuka asal China.
Seremoni ini menandai langkah awal pembangunan pabrik bahan kimia ramah lingkungan milik GESC di atas lahan seluas lebih dari 20 hektar di kawasan industri JIIPE, Gresik, Jawa Timur. Nilai investasi tercatat sebesar 4,2 miliar yuan atau sekitar US$ 600 juta atau sekitar Rp 10,08 triliun (kurs Rp 16.800).
Lokasi di JIIPE merupakan ekspansi internasional pertama GESC di luar China, menjadikan Indonesia sebagai pusat regional baru bagi pengembangan bisnis mereka di Asia. GESC akan membangun fasilitas produksi bahan kimia berbasis teknologi tinggi ramah lingkungan untuk mendukung kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
"Kami telah melalui perjalanan panjang, termasuk hampir membangun di Rusia dua tahun lalu. Namun, setelah pencarian yang mendalam, kami bersyukur bisa menemukan lokasi yang tepat di JIIPE.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mulai mencari potensi pasar ekspor baru seiring dengan rencana pengenaan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) sebesar 32% atas produk asal Indonesia. Negara-negara seperti Jepang, Jerman hingga Arab menjadi pasar potensial.
Wakil Ketua API David Leonardi mengatakan, pelaku usaha industri tekstil melihat peluang ekspor ke negara-negara potensial di luar AS yang trennya menunjukkan peningkatan secara konsisten.
“Beberapa negara yang kini menjadi tujuan ekspor potensial antara lain Uni Emirat Arab dan negara-negara Timur Tengah karena pertumbuhan sektor ritel dan permintaan produk tekstil yang semakin tinggi,” ujar David kepada Bisnis, Senin (21/4/2025).
Tak hanya itu, Jerman dan negara-negara Eropa Timur lainnya juga mencari alternatif pemasok produk tekstil dan garmen selain dari China dan India. Dia pun melihat pasar ini prospektif bagi Indonesia.
Page 1 of 127