Industri keramik masih mampu menjaga stabilitas kinerja di tengah pemulihan ekonomi nasional dan banjir produk impor.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan utilisasi industri sepanjang tahun ini akan berada di level 70 persen, turun dari target sebelumnya 75 persen. Namun, angka tersebut masih akan menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir, yang pada 2020 mencapai 56 persen dan pada 2019 sebesar 65 persen.
Selain itu, kinerja industri sampai dengan awal September 2021 masih pada jalurnya untuk memenuhi target kapasitas produksi tahun ini.
"Kinerja masih on track sesuai proyeksi, dimana kapasitas produksi nasional Januari sampai Agustus berada di level 73 persen," katanya kepada Bisnis.com, Senin (6/9/2021).
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membidik produk chip semikonduktor untuk dapat diproduksi di dalam negeri secara bertahap, sejalan dengan target pemerintah yaitu program subtitusi impor.
"Untuk mencapai target tersebut, tentu dibutuhkan dukungan pemerintah berupa kebijakan dan kemudahan baik fiskal maupun non fiskal. Pemberian insentif dalam rangka penanaman modal merupakan salah satu upaya mendorong investasi industri semikonduktor di Indonesia," kata Menperin yang disampaikan secara virtual, Selasa.
Menperin menyampaikan hal itu saat menghadiri Seminar Web Internasional bertajuk "Peluang Industri Indonesia Terkait Isu Global Chip Shortage".
Menperin Agus memaparkan industri semikonduktor chip terus mengalami perkembangan dari chip mikrokontroler hingga Artificial Intelegence (AI) chip yang fungsinya semakin komplek sejalan dengan perkembangan Industri 4.0.
Mulai teratasinya persoalan kelangkaan kontainer dan harga pengapalan yang semakin membaik membuat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis industri tekstil dan pakaian jadi bisa bangkit hingga akhir tahun.
Elis Masitoh, Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, mengatakan bahwa mulai teratasinya sejumlah kendala akan membuat industri tekstil dan pakaian jadi kembali membaik.
Seperti diketahui, tekstil dan pakaian jadi menjadi satu-satunya sektor di industri pengolahan nonmigas atau manufaktur yang terkontraksi pada kuartal II/2021.
Secara year on year (yoy), sektor tekstil dan pakaian jadi pada kuartal II/2021 mencatatkan kontraksi 4,54 persen, sedangkan secara kuartalan tumbuh 0,43 persen.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pentingnya kemandirian sektor kesehatan di Indonesia, salah satunya dengan mendorong pelaku industri dalam negeri untuk memproduksi alat kesehatan.
Menurutnya, pandemi Covid-19 menjadi pemantik bagi seluruh sektor untuk meningkatkan kemampuan ketahanan kesehatan bangsa Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.
“Bahan baku kesehatan banyak yang tersedia di Indonesia walaupun tidak 100 persen, jadi kita harus bekerja sama dengan baik dalam membicarakan hal ini, tetapi ditekankan sekali lagi, kita jangan impor 100 persen bahan baku dari luar,” kata Luhut dalam Forum Nasional Kemandirian dan Ketahanan Industri Alat Kesehatan, Senin (30/8/2021).
Kenaikan angka Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia pada Agustus 2021 diyakini akan berlanjut bahkan hingga ke level ekspansi di atas 50.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kenaikan PMI Agustus menjadi 43,7 dari bulan sebelumnya 40,3 merupakan dampak dari pelonggaran aktivitas masyarakat.
"Manufaktur di Indonesia berkorelasi sekali dengan aktivitas masyarakat. Pembatasan membuat industri melakukan penyesuaian. Nah pada Agustus sudah mulai ada pembukaan aktivitas. Maka dari angka juli, PMI sudah masuk posisi rebound," katanya kepada Bisnis, Rabu (1/9/2021).
Dia mengaku optimistis pada September 2021 angka PMI akan terkerek ke level ekspansi. IHS Markit mencatat, perbaikan angka PMI Indonesia pada Agustus sejalan dengan kasus Covid-19 yang menurun.
Pengusaha menyebut kebijakan subtitusi impor 35 persen pada 2022 yang dicanangkan Kementerian Perindustrian perlu mendapat dukungan ekstra karena akan menyangkut pada dampak besar yakni peningkatan daya saing produk nasional.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan tahun depan pandemi masih menjadi faktor penyebab ketidakpastian pertumbuhan usaha.
Alhasil, selama pemerintah bisa memastikan pengendalian pandemi dan normalisasi ekonomi berjalan lancar dan tidak terdistrupsi seperti saat ini, pelaku usaha juga optimistis pertumbuhan industri bisa maksimal.
"Namun, untuk mencapai target subtitusi impor 35 persen kami rasa perlu support ekstra karena faktor-faktor yang bermain di sini bukan hanya normalisasi kinerja industri tetapi peningkatan daya saing produk nasional terhadap produk impor," katanya kepada Bisnis, Minggu (29/8/2021).
Page 111 of 132