Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam menyampaikan bahwa industri keramik masuk sektor kritikal saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) karena pembangunan infrastruktur publik masih tetap berjalan.

"Selama PPKM, pembangunan infrastruktur publik masih tetap berjalan. Oleh karena itu, Kemenperin mengelompokkan industri keramik sebagai sektor kritikal yang dapat terus beroperasi 100 persen selama masa PPKM," kata Khayam melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.

Hal itu disampaikan Khayam saat memonitor langsung penerapan protokol kesehatan dan IOMKI di industri keramik. Sebab, industri keramik merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam memasok kebutuhan pembangunan infrastruktur dan properti.

Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan utilisasi industri makanan dan minuman (mamin) tetap tinggi, bahkan mencapai 89 persen meski di tengah pandemi.
Ia mengatakan saat meninjau PT Unilever Indonesia (Walls Factory) dan Mondeléz Indonesia (pabrik biskuit Oreo dan Ritz) kemarin. utilisasi kedua perusahaan selama masa pandemi sama-sama menyentuh di angka kisaran 89 persen.

Artinya, kata dia, produktivitas tetap berjalan baik dan justru permintaannya semakin meningkat, baik di pasar domestik maupun mancanegara.

“Dengan adanya SE Menperin, kami juga ingin memastikan kebutuhan pokok masyarakat dapat terpenuhi,” ujar Putu melalui keterangan tertulis, Sabtu.

Direktorat Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Muhammad Khayam mengingatkan bahwa industri refraktori merupakan salah satu sektor strategis karena produksinya untuk menopang kebutuhan berbagai manufaktur lainnya.

“Hasil dari industri refraktori ini umumnya digunakan sebagai pelapis untuk tungku, kiln, insinerator, dan reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan pengecoran logam,” kata Khayam pada acara penandatanganan MoU Program D1 Keramik dan D1 Refraktori secara virtual, Selasa.

Khayam optimistis apabila industri refraktori ini tumbuh berkembang dan memiliki performa gemilang, akan mendukung kinerja sektor industri pengolahan nonmigas, khususnya kelompok industri bahan galian nonlogam.

Industri alat berat melanjutkan tren peningkatan kinerja produksi sepanjang kuartal II/2021 lalu.

Mengutip data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), produksi berhasil melesat hingga 122 persen menjadi 1.406 unit dari periode yang sama tahun lalu yang hanya 631 unit. Sementara itu jika dibandingkan dengan kuartal I/2021 ada penurunan tipis, yakni 11 unit.

Ketua Umum Hinabi Jamaludin mengatakan penurunan di kuartal II/2021 ini masih disebabkan oleh kendala material dan juga mulai meningkatnya kasus Covid-19 pada akhir Juni. Alhasil, produksi tidak bisa melebihi dari perolehan kuartal pertama tahun ini.

Kementerian Perindustrian optimistis Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia membaik kembali seiring membaiknya indikator Covid-19.

IHS Markit hari ini melaporkan PMI Manufaktur periode Juli 2021 anjlok ke level 40,1 pasca delapan bulan berturut-turut mencatatkan level ekspansif di atas poin 50.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri mengatakan saat ini Kemenperin mengakui memang ada penurunan utilisasi industri sejak lonjakan Covid-19 dan pemberlakuan PPKM. Menurut hasil pemantauan di lapangan, penurunan produksi terutama terjadi pada industri kategori esensial karena berkurangnya pekerja yang diperbolehkan bekerja.

"Namun, kami optimis bahwa utilisasi industri tersebut akan meningkat kedepan seiring dengan membaiknya indikator Covid-19 yakni kasus positif menurun, BOR menurun dan positivity rate menurun," katanya kepada Bisnis, Senin (2/8/2021).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan peforma kinerja industri manufaktur bergerak positif pada kuartal kedua tahun ini, khususnya dalam sumbangsihnya terhadap neraca perdagangan.

Sektor industri manufaktur berkontribusi 78,8 persen terhadap ekspor atau mencapai US$18 miliar dari total ekspor nasional sebesar US$102 miliar pada Januari hingga Juni 2021.

“Kontribusi sebesar itulah pemicu lahirnya surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$8,22 miliar. Hemat saya, prestai ini sangat membanggakan karena diraih di tengah-tengah kondisi sulit, pandemi Covid-19 gelombang kedua,” kata Agus melalui keterangan tertulis, Rabu (28/7/2021).

Agus menambahkan kinerja industri pengolahan nonmigas masih mengalami kontrasksi sebesar 0,71 persen pada triwulan pertama tahun ini. Kendati demikian, perlambatannya masih lebih baik jika dibandingkang dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi hingga 0,74 persen.