Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan industri kemasan yang merupakan salah satu sektor dengan pertumbuhan pasar relatif tinggi. Pasar dalam negeri untuk produk industri kemasan cukup potensial karena terkait erat dengan industri manufaktur, terutama industri makanan dan minuman.

Produk kemasan berasal dari berbagai macam bahan, seperti kertas, karton, papan, rigid plastics, flexible plastics, gelas dan logam. Saat ini, jenis kemasan yang paling mendominasi industri kemasan secara global adalah kemasan flexible plastics sebesar 44 persen, kemudian paperboard (28%) dan kemasan rigid plastic (14%).

Sebanyak 70 persen produk kertas kemasan yang digunakan oleh industri makanan dan minuman, khususnya pada segmen kertas kemasan, telah memiliki persyaratan food grade.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan implementasi Making Indonesia 4.0, menjadi strategi kunci untuk menjadikan Indonesia sebagai negara 10 ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030.

"Kinerja sektor manufaktur yang baik ini, tentunya dipacu dengan penerapan Making Indonesia 4.0 yang merupakan strategi kunci bagi Indonesia untuk menjadi negara 10 ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030," kata Menperin Agus dalam acara penguatan industri melalui optimalisasi teknologi, penghargaan rintisan teknologi industri, dan penghargaan indi 4.0 tahun 2024 di Jakarta, Selasa.

Akselerasi itu bisa dilakukan, mengingat laporan 76 pelaku industri yang tergabung dalam Champion Indi 4.0 menyatakan adanya penurunan konsumsi energi yang mencapai 4--40 persen, peningkatan produktivitas 5--22 persen, dan penurunan harga produksi 3--78 persen.

Indonesia dan China akan mengadakan pertemuan lewat forum perdagangan khusus industri makanan dan minuman. Kolaborasi tersebut dinilai dapat menguntungkan bagi industri mamin Tanah Air.

Agenda tersebut dilaksanakan melalui Business Matching Chinede Enterprises Go oversea Indept Tour into Indonesia akan digelar pada 11-15 November 2024 di Hotel Mulia, Jakarta.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Lembaga Indonesia Tiongkok (LIT), Sudrajat, mengatakan kolaborasi tersebut menjadi kesempatan Indonesia untuk bisa memproduksi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas, serta perluasan pasar ekspor ke China.

“Kita perlu berkolaborasi di bidang teknologi dan industri, jadi Indonesia punya potensi-potensi makanan lokal tetapi, industri dalam skala besar untuk bisa diekspor keluar masih terbatas,” kata Sudrajat, Kamis (10/10/2024).

Dia menyontohkan potensi makanan olahan rendang yang menjadi khas Indonesia. Namun belum dioptimalisasi karena model kemasan yang masih menerapkan industrialisasi 2.0 dan komposisi terbatas.

Para pelaku usaha masih mempertahankan kinerja positif sepanjang September, yang terlihat dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) berada pada level 52,48 poin, tidak jauh berbeda dari bulan sebelumnya.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan kinerja industri yang stagnan ini disokong oleh beberapa faktor positif.

"Beberapa faktor positif yang mempengaruhi IKI bulan September, antara lain penguatan nilai tukar rupiah, pertumbuhan investasi khususnya di sektor bangunan seiring dengan penyelesaian proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Proyek Strategis Nasional (PSN), serta konsumsi rumah tangga, terutama dari kelas menengah ke atas, yang terus menopang perekonomian," tutur Febri, Senin (30/9/2024).

Febri menambahkan, secara keseluruhan IKI cenderung stagnan karena belum ada kebijakan signifikan bagi industri manufaktur yang dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga lain.

Sektor industri manufaktur masih memainkan peran krusial dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karenanya, diperlukan kebijakan strategis dan sinergi yang kuat untuk mendukung peningkatan kinerja industri manufaktur di Indonesia yang berdaya saing dan berkeberlanjutan.

“Peran pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, tidak hanya menetapkan regulasi yang akan memacu pelaku industri untuk bertransformasi menuju industri yang berkelanjutan, namun juga hadir memberikan solusi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku industri,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya, Kamis (2/10/2024).

Dalam upaya mewujudkan tantangan tersebut, Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) melalui salah satu unit pelayanan teknisnya, yaitu Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Pencegahan Pencemaran Industri (BBSPJPPI) Semarang menggelar Business Gathering dengan mengusung tema “Sinergi BBSPJPPI dan Industri dalam Mendukung Operasi Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan” di Semarang, Kamis (2/10/2024).

Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus meningkatkan daya saing industri manufaktur dalam menopang perekonomian nasional. Selama ini, sektor manufaktur mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penerimaan devisa dari investasi dan ekspor hingga penambahan jumlah penyerapan tenaga kerja.

“Kami berkomitmen untuk semakin meningkatkan mutu dan daya saing industri dalam negeri. Langkah ini direalisasikan juga melalui peran Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (28/9).

Pada triwulan II tahun 2024, industri pengolahan nonmigas berkontribusi sebesar 16,70 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa industri manufaktur merupakan sektor yang memiliki sumbangsih terbesar pada triwulan tersebut.