Sektor manufaktur Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan pada Februari 2025, didorong oleh meningkatnya permintaan domestik dan optimisme produsen.
Berdasarkan laporan S&P Global, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia mencapai 53,6, naik dari 51,9 pada Januari 2025.
Kenaikan ini mencerminkan perbaikan yang jelas dalam kesehatan sektor produksi barang. Peningkatan permintaan baru yang mencapai level tertinggi dalam hampir satu tahun menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan.
Selain itu, aktivitas pembelian dan ketenagakerjaan juga mencatat pertumbuhan yang signifikan.
Joe Hayes, Kepala Ekonom di S&P Global Market Intelligence, menegaskan bahwa momentum pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia masih berlanjut.
Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus mengharapkan hilirisasi jangan hanya fokus pada smelter, melainkan juga galangan kapal yang memegang peran penting pada kelangsungan industri maritim.
Ahmad mengatakan saat ini industri galangan kapal membutuhkan logam dasar yang selama ini justru diekspor. Sementara untuk kebutuhan galangan kapal, industri masih harus impor bahan baku. Padahal menurutnya, Indonesia mampu memproduksi logam di Sulawesi.
"Logam dasar untuk industri angkutan itu kita impor, padahal kita sudah bisa bikin logam dasar," ujar Ahmad dalam Indonesia Maritime Talks 2025, Selasa (25/2/2025).
Untuk melancarkan hilirisasi, industri manufaktur membutuhkan tambahan investasi yang besar hingga bisa tumbuh di atas 9% setiap tahunnya. Dengan begitu industri manufaktur bisa berkontribusi signifikan pada target pertumbuhan ekonomi 8%.
Kawasan Industri Kendal (KIK) menargetkan investasi yang akan masuk ke kawasan ekonomi khusus (KEK) tersebut dapat meningkat 20% dari total investasi yang masuk saat ini sebesar Rp141,7 triliun sejak awal berdiri pada 2016.
Direktur Eksekutif KIK Juliani Kusumaningrum mengatakan, peningkatan tersebut dapat diraih dengan berbagai stimulus yang diberikan pemerintah setelah mendapatkan status KEK, serta potensi relokasi pabrik akibat perang dagang AS-China.
"Tentunya targetnya sangat besar dari Kemenko dari Dewan Nasional, kita akan terus naikkan target, kisarannya di angka 20%-an naik dari sebelumnya," ujar Juliani saat ditemui di Menara Batavia, Jakarta, Kamis (27/2/2025).
Dia membenarkan bahwa saat ini ekonomi global sedang menghadapi ketidakpastian, salah satunya dengan perang dagang yang berlangsung. Kondisi ini dipicu pengenaan tarif tinggi bea masuk ke AS dari Presiden Donald Trump untuk sejumlah negara seperti China, Meksiko, dan lainnya.
Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Hilirisasi bisa didorong sebagai bagian untuk mengejar target tersebut, salah satunya melalui hilirisasi petrokimia dan gas.
Dalam acara Tekagama Forum Petrokimia dan Gas, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Taufik Bawazier mengatakan, sektor petrokimia dan gas dapat memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian nasional.
Dia menjelaskan, sektor IKFT harus memberikan tambahan kontribusi ke produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 39,77 triliun dengan skenario porsi industri terhadap PDB nasional sebesar 18,9%. Dan jika target skenario industri berkontribusi sebesar 21,9% dari PDB nasional maka sektor IKFT harus mendorong tambahan sumbangan Rp 46,09 triliun.
"Kalkulasi teknokratik ini diambil dari perhitungan baseline PDB harga konstan tahun 2024 sebesar Rp 12.920 triliun. Dengan peningkatan 8% diperlukan sekitar Rp 1.033 triliun yang akan memperkokoh PDB nasional ke angka Rp 13.953 triliun," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (24/2/2025).
Industri tekstil dan alas kaki di Indonesia terus menjadi sorotan belakang ini. Kabar penutupan pabrik hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) mewarnai perjalanan industri tekstil di Indonesia. Banyak pihak yang bilang industri ini sudah hampir berada di masa senjakala atau sunset industry.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan membantah keras anggapan tersebut. Menurutnya, di tengah tantangan ekonomi global, industri tekstil tetap memiliki potensi besar untuk berkembang dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Banyak yang pesimis terhadap industri ini, menganggapnya sebagai industri sunset. Namun, kami di DEN melihatnya sebagai sektor strategis," tutur Luhut dalam keterangannya, Kamis (27/2/2025).
Dia pun buka-bukaan buktinya. Sejauh ini sektor industri tekstil telah menyerap 4 juta tenaga kerja. Industri tekstil juga bisa menjadi pendukung sektor usaha kecil dan mikro.
PENASIHAT Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan, industrialisasi dan peningkatan investasi menjadi kunci untuk mengejar pertumbuhan ekonomi 8%.
Saat berbicara di forum The Bloomberg Technoz Economic Outlook 2025 secara daring, Kamis (20/2). Bambang menilai Indonesia bisa meniru keberhasilan Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga menjadi negara maju karena program pemerintah yang fokus pada pengembangan industri manufaktur.
"Salah satu persyaratan jika ingin pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari 5% menjadi 6%, atau semoga 8%, adalah dengan melakukan industrialisasi. Mengapa Korea, Jepang, Tiongkok, bisa mencatatkan pertumbuhan ekonomi tinggi? Karena industri manufaktur," ujarnya.
Page 6 of 127