Pengenaan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sempat memperlambat arus Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) ke Indonesia. Namun, investasi asing di sektor manufaktur hingga properti diproyeksi masih tetap tumbuh di tahun ini.

Country Head dan Head of Logistics & Industrial JLL Indonesia, Farazia Basarah, mengungkapkan sebagian besar FDI saat ini berasal dari Singapura, Hong Kong, dan China. Ia menyebut tarif awal 32 persen sempat membuat investor menahan langkah, sebelum akhirnya diturunkan menjadi 19 persen.

“Sempat pada saat tarif Trump pertama kali diumumkan 32 persen, itu memang terdapat slowing down. Slowing down itu lebih put on hold, jadi wait and see bagaimana efeknya terhadap global strategi realistis mereka,” ucap Farazia dalam Media Briefing di Kantor JLL Indonesia, Jakarta Selatan, Rabu (13/8).

Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) mencatat produksi alat berat sebanyak 4.460 unit pada semester I/2025. Angka tersebut naik 33,65% (year on year/YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu 3.337 unit. 

Dalam laporan terbaru Hinabi, permintaan tertinggi masih didominasi oleh hydraulic excavator sebanyak 3.709 unit, bulldozer 3.885 unit, dan dump truck 358 unit. 

Ketua Umum Hinabi Widayat Raharjo mengatakan kenaikan produksi secara tahunan ini sejalan dengan permintaan alat berat sektor agrikultur yang mengalami peningkatan sejak akhir semester lalu. 

"First semester tahun 2025 masih imbas dari tahun lalu di mana permintaan tahun lalu sangat tinggi dan berlanjut tahun ini kuartal II/2025," kata Widayat kepada Bisnis.com, dikutip Minggu (10/8/2025).

Kinerja Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) mencetak pertumbuhan 5,19% (year-on-year) pada triwulan II-2025. Capaian ini antara lain ditopang oleh lonjakan sub sektor industri mesin dan perlengkapan yang tumbuh 18,75%, atau tertinggi sejak tahun 2012.

Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Direktorat Jenderal ILMATE Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Solehan, mengungkapkan bahwa performa industri mesin dan perlengkapan tidak terlepas dari meningkatnya belanja modal pemerintah yang naik sebesar 30,37%. Kenaikan belanja modal ini berdampak langsung pada peningkatan produksi dan investasi.

"Kami optimistis, pertumbuhan dan kontribusi sektor manufaktur masih dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi jika didukung oleh kebijakan yang pro-industri,” ujar Solehan dalam Focus Group Discussion (FGD) Industrial Research and Development Sektor Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian di Bandung, sebagaimana disiarkan dalam keterangan tertulis, Selasa (12/8/2025).

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan mencatat ada 1.512 perusahaan masuk kawasan berikat hingga Agustus 2025.

Menurut Direktur Jenderal Bea dan Cukai Djaka Budhi Utama, kawasan berikat menjadi salah satu instrumen strategis untuk untuk mendorong daya saing industri nasional, menarik investasi, serta menciptakan lapangan kerja yang luas.

Menurutnya, perkembangan jumlah kawasan berikat di Indonesia menunjukkan tren positif seiring meningkatnya minat pelaku usaha terhadap skema fasilitas ini.

Dengan segala kemudahan yang diberikan pemerintah, kawasan berikat menjadi pilihan menarik bagi pelaku usaha global untuk mengembangkan bisnis mereka.

Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan bahwa industri pengolahan atau manufaktur dalam tren ekspansif. Hal ini terekam dari hasil survei BPS dan pertumbuhan positif dari sektor tersebut.

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, aktivitas produksi tumbuh dengan baik, dimana industri pengolahan atau manufaktur bertumbuh 5,86% year on year (yoy) pada kuartal II-2025. Beberapa subsektor industri pengolahan seperti industri logam dasar tumbuh 14,91% yoy; industri daging dan olahan meningkat 7,94% yoy; dan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional melesat 9,39%.

“Ini terkonfirmasi dari laporan emiten, produksinya sedang meningkat pesat,” ujar Winny dalam program BeritaSatu Spesial pada Senin (11/8/2025).

Di samping itu, pergeseran pola konsumsi masyarakat untuk berbelanja makanan dan minuman juga mendorong kinerja industi makan minum. Sektor ini tumbuh 6,15% yoy pada kuartal II-2025, sebagaimana ditangkap dalam Survei Industri Besar Sedang (IBS) dan Survei Industri Mikro dan Kecil (IMK) yang dilakukan BPS.

Kementerian Perindustrian menanggapi kritik dari ekonom mengenai pertumbuhan industri pada triwulan II tahun 2025 yang dirilis oleh BPS tidak sejalan dengan hasil PMI manufaktur Indonesia yang dilansir oleh S&P Global. Menurut Kemenperin, kinerja gemilang sektor industri pada triwulan II-2025 sudah sesuai dengan sejumlah data dan indikator yang valid seperti laporan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) dan Prompt Manufacturing Index-Bank Indonesia (PMI BI) serta capaian investasi dan ekspor sektor industri.

“Bahwa angka pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan industri manufaktur yang dirilis oleh BPS sudah akurat. Hal ini tervalidasi melalui hasil IKI Kemenperin dan PMI BI (Bank Indonesia) yang menyatakan bahwa industri manufaktur selama kuarta II 2025 selalu di atas level 50 atau berada dalam fase ekspansif. Beberapa indikator lainnya, pada belanja modal investasi sektor manufaktur juga naik,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief di Jakarta, Rabu (6/8).