Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, melaporkan bahwa dalam kunjungannya, Kedutaan Besar Belanda akan membawa sebanyak 120 perusahaan ke Indonesia dalam rangka misi dagang dan investasi.
"Mereka tidak hanya berfokus di Jakarta, 120 perusahaan ini akan dibagi-bagi, nanti ada (juga) yang ke Medan, Semarang, (dan) Makassar, tergantung dari topiknya," ujar Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Anindya Bakrie dalam keterangan tertulis Senin (09/06).
Anin menambahkan dalam kunjungan bersama Duta Besar (Dubes) Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Marc Gerritsen, yang dilaksanakan di Kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan pada Senin (09/06) itu, Belanda akan membawa sekitar US$ 300 juta atau setara Rp 4,88 triliun ((Asumsi kurs Senin (09/06) US$ 1 = Rp16.280)) angka investasi ke Indonesia.
Industri manufaktur dalam negeri masih mengalami tekanan di tengah dinamika ekonomi global dan banjirnya impor produk jadi di pasar domestik. Hal ini tercermin pada capaian Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Mei yang sebesar 47,7, masih terkontraksi karena di bawah ambang batas pertumbuhan PMI manufaktur di bawah 50. Namun demikian angka tersebut meningkat dibanding April yang di level 46,7.
Juru Bicara (Jubir) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arief menjelaskan hasil survei PMI manufaktur menunjukkan terjadinya penurunan pada pesanan baru di bulan lalu. Penurunan pesanan ini lantaran lesunya permintaan pasar.
"Ini termasuk yang ingin menembus pasar ekspor, khususnya ke Amerika Serikat karena dampak tarif Trump," ungkap Febri dalam keterangan resmi dikutip Selasa, 3 Juni 2025.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ingin memperkuat daya saing dan kemandirian industri alat kesehatan dalam negeri. Langkah ini menjadi bagian penting dari upaya mewujudkan ketahanan sektor kesehatan nasional.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta mengungkapkan langkah ini penting untuk mengurangi ketergantungan impor, menarik investasi, serta membuka peluang lapangan kerja baru di sektor industri manufaktur.
Pemerintah berkomitmen mempercepat penguatan ekosistem industri alat kesehatan nasional, mulai dari hulu hingga hilir. Langkah ini juga sebagai bagian dari program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, serta komitmen dari Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Ke depannya, kami berharap industri alat kesehatan nasional mampu berdaya saing secara global. Hal ini akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dan modern, sebagai bagian dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” kata Setia dalam keterangan resmi yang disiarkan Kamis (5/6).
Terbitnya kebijakan pro industri serta sedikit meredanya perang dagang global telah memberikan dampak positif terhadap kondisi perekonomian global yang juga membawa pengaruh baik kepada iklim usaha industri di Indonesia.
Hal inipun diikuti dengan mengalirnya investasi baru terutama investasi di sektor manufaktur dan peningkatan penyerapan tenaga kerja juga ikut kinerja industri pada bulan Mei 2025 ini.
Pada bulan Mei 2025, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) manufaktur menunjukkan kinerja positif dengan kembali bertahan pada fase ekspansi yang mencapai level 52,11. Posisi ini meningkat 0,21 poin dibandingkan pada bulan April 2025, namun melambat 0,39 poin dibandingkan pada Mei 2024.
“Kembalinya IKI bulan Mei 2025 pada laju ekspansi telah ditopang oleh 21 subsektor yang tercatat tumbuh positif dan menyumbang kontribusi sebesar 95,7 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada Triwulan I – 2025,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief dalam Rilis IKI Mei 2025 di Jakarta, Selasa (27/5/2025).
Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengingatkan kepada pemerintah untuk mendukung dan memperhatikan industri manufaktur di Indonesia karena sektor itu mampu berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan ekspor nasional.
Dia menilai bahwa neraca perdagangan Indonesia dengan negara lain sangat ditentukan oleh sektor tersebut melalui produk industri manufaktur banyak diekspor ke negara lain.
"Kalau selama ini, kita hanya tahu banyak barang impor. Sekarang saatnya kita memikirkan agar barang-barang produksi Indonesia merambah lebih luas di pasar global," kata Saleh saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, selisih jumlah ekspor dan impor Indonesia ditentukan oleh nilai besaran ekspor ke luar.
Menurut dia, pemerintah juga harus memperhatikan bahwa industri manufaktur mampu menciptakan jutaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Indonesia Mining Association (IMA) mengungkapkan program hilirisasi komoditas unggulan nasional, khususnya tambang perlu didorong lebih luas lagi. Mengingat saat ini hilirisasi komoditas tambang, seperti produk nikel, baru sampai sampai barang setengah jadi. Pemerintah dinilai perlu membangun industri sektor hilir untuk menggenjot program hilirisasi.
Ketua IMA Rachmat Makkasau mengungkapkan, apabila industri manufaktur Indonesia dapat ditingkatkan untuk dapat mengolah produk-produk hilirisasi dari smelter tambang, maka hal ini akan memberikan dampak ekonomi yang sangat besar terhadap Tanah Air. Awalnya Rachmat mengungkapkan, pihaknya melihat langkah pemerintah dalam upaya untuk mendongkrak nilai tambah potensi komoditas tambang nasional, patut diapresiasi.
"Yang perlu kita catat bahwa kementerian ESDM dalam hal ini melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara, dalam pandangan kami telah sukses memastikan hilirisasi di dunia tambang," beber Rachmat dalam acara Energi Mineral Forum 2025 di Kempinski Hotel, Jakarta, Senin (25/5/2025).
Page 3 of 132