Aktivitas manufaktur Indonesia melambat pada Maret 2025 tetapi masih dalam fase ekspansif.
Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Selasa (8/4/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 52,4. Angka ini lebih rendah dibandingkan Februari 2025 yang tercatat sebesar 53,6.
PMI sempat mencatat rekor tertinggi dalam 11 bulan pada Februari 2025 ditopang permintaan tinggi menjelang Ramadan.
Sebagai catatan, umat Islam Indonesia menjalani puasa Ramadan pada 1-30 Maret 2025.
Ramadan dan momen Lebaran adalah puncak konsumsi sehingga produsen biasanya meningkatkan produksi menjelang bulan tersebut.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat Indonesia baru memiliki 33 pabrik modul surya (solar photovoltaic/PV) dengan kapasitas tahunan sebesar 4,3 gigawatt (GW) dan kapasitas per modul surya sebesar 720 Watt Peak.
Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan, mengatakan pemerintah terus mendorong investasi pada energi baru terbarukan (EBT), salah satunya industri sel surya dan modul surya, dalam upaya mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060.
Solehan mengatakan, pasar untuk produk modul surya mulai tumbuh dengan pesat, antara lain dari pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) baik ground mounted maupun floating, dan tumbuhnya permintaan dari PLTS atap (solar rooftop) baik dari sektor rumah tangga, komersial, maupun industri.
Pelaku industri manufaktur mengungkapkan optimismenya dengan adanya ekspansi, sementara pasar domestik terus dijaga stabilitasnya.
Optimisme pelaku industri Indonesia tersebut tercemin dari laporan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) oada Maret 2025 yang masih berada di level ekspansi, dengan berada di angka 52,98. Tetapi capaian ini mengalami perlambatan 0,17 poin dibandingkan Februari 2025 atau melambat 0,07 poin dibandingkan dengan Maret tahun lalu.
"Perlambatan IKI pada Maret ini salah satunya dipicu oleh adanya momen libur Lebaran yang bertepatan di bulan Maret dan berdampak pada penurunan tingkat produksi para pelaku industri," kata Juru Bicara Kementerian Perindustria Febri Hendri dalam rilisnya, Rabu (26/3).
Dia menuturkan perusahaan biasanya meningkatkan produksinya dua atau tiga bulan sebelum Ramadan dan Lebaran untuk dapat memenuhi lonjakan permintaan.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) menggelar Silaturahmi Nasional Kawasan Industri 2025. Mengusung tema “Peningkatan Daya Saing Kawasan Industri untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi 8%”, kegiatan ini menegaskan peran penting kawasan industri dalam mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi, agar sejalan dengan visi pemerintahan Presiden Prabowo untuk membawa Indonesia keluar dari middle-income trap.
“Saat ini, kita memiliki 168 kawasan industri yang beroperasi. Kita perlu memastikan daya saing dan investasi terus meningkat agar dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2029,” kata Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam sambutannya di Jakarta, Selasa (18/3). Wamenperin juga menegaskan bahwa kawasan industri bukan sekedar lokasi industri, tetapi juga sebagai pusat ekosistem industrialisasi yang mendorong produktivitas nasional.
Para pelaku industri dalam negeri masih melaporkan tingkat optimisme yang cukup tinggi terhadap kondisi iklim usaha di Indonesia, meskipun di tengah dampak kontraksi perekonomian nasional. Namun demikian, aktivitas manufaktur ini diyakini akan semakin bergeliat apabila ada kebijakan pro-industri untuk perlindungan industri dalam negeri, apalagi peluang permintaan pasar domestik yang begitu besar. Tekanan persepsi akibat dinamika perang tarif juga sudah mulai dirasakan oleh beberapa industri dalam negeri terutama yang berorientasi ekspor pada negara-negara yang sedang perang dagang.
Optimisme pelaku industri Indonesia tersebut tercemin dari laporan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Maret 2025 yang masih berada di level ekspansi, dengan berada di angka 52,98. Tetapi capaian ini mengalami perlambatan 0,17 poin dibandingkan Februari 2025 atau melambat 0,07 poin dibandingkan dengan Maret tahun lalu.
Pemerintah berencana melakukan deregulasi perizinan investasi di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) guna meningkatkan daya saing industri serta menarik lebih banyak investor.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa sektor padat karya ini memiliki peran penting dalam perekonomian nasional.
“Sektor padat karya yang terutama tekstil, produk tekstil, kemudian juga apparel itu kontribusi terhadap ekonomi Indonesia besar karena ekspor lebih dari US$2 miliar, tenaga kerjanya hampir 4 juta orang,” ujar Airlangga di Kantor Presiden, Rabu (19/3/2025).
Menurutnya, di tengah potensi itu, masih terdapat hambatan dalam perizinan yang perlu disederhanakan untuk menarik investor ke sektor tekstil.
Page 3 of 127