Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu dengan para pelaku industri di Istanbul, Turki pada 4-5 Juni 2024. Dalam kesempatan itu, ia membawa misi peningkatan investasi untuk Indonesia khususnya bagi sektor industri manufaktur.
Salah satu perusahaan yang ditemui Agus Gumiwang adalah SANKO Holding, konglomerasi manufaktur terbesar di Turki yang dikenal secara global sebagai penghasil tekstil hingga produsen energi terbarukan.
"Dalam pertemuan kemarin, kami mendorong SANKO Holding untuk memperluas investasinya ke sektor hilir, juga ke sektor energi," kata Agus Gumiwang dalam keterangan tertulis, Minggu (9/6/2024).
Semen produksi Indonesia ternyata diminati banyak negara. Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non-Logam Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Nadi Astuti mengatakan semen Indonesia berhasil menembus pasar internasional.
Selain itu Indonesia juga mengekspor klinker atau semen setengah jadi.
"Ada dua jenis barang yang berkaitan semen yang diekspor, pertama itu adalah klinker atau semen setengah jadi, kedua adalah semen itu sendiri. Kalau dari sisi volume, yang lebih banyak diekspor ini semen setengah jadi atau klinker dibanding semennya itu sendiri," kata Putu di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Selasa (4/6/2024).
Semen hasil produk negara di Asia, Afrika, hingga Australia. Menurut Putu, negara-negara tersebut sedang masif melakukan pembangunan.
"Berdasarkan data ekspor, untuk klinker sebagian besar diekspor ke Bangladesh, Australia, Taiwan, Filipina, Brunei, Fiji dan Malaysia. Sedangkan semen sendiri diekspor ke negara-negara pasar tradisional yang memang saat ini melakukan pembangunan masif, seperti Timor Leste, Mauritius, Sri Lanka, Filipina, Papua New Guinea, Maldives, itu negara-negara tujuan ekspor semen," paparnya.
Industri alat kesehatan buat Indonesia disebut sudah mampu bersaing di pasar global, salah satunya seperti alat pendeteksi jantung (NIVA) yang kini sudah didistribusikan ke berbagai rumah sakit.
Guru Besar ITB, Tati Mengko mengatakan, keberhasilan pembuatan NIVA merupakan bukti nyata Indonesia mampu bersaing menghasilkan inovasi teknologi kesehatan yang mampu bersaing secara global.
"Ini bukti Indonesia mampu bersaing di pasar global. Dalam proses riset dan pengembangan NIVA, sebelumnya ITB beberapa kali berkolaborasi dengan industri untuk produksi alat kesehatan, namun belum terwujud. Bersama SCNP, hal itu terwujud dalam suatu segmen usaha khusus di SCNP," ungkap Tati, di Jakarta, Jumat (7/6/2024).
Kementerian Perindustrian mencatat sepanjang 2023 nilai ekspor produk elektronika dan telematika Indonesia tercatat US$ 9,09 miliar. Ini untuk produk home appliance dan peralatan telekomunikasi.
Direktur Industri Elektronika dan Telematika (IET) Kemenperin, Priyadi Arie Nugroho menjelaskan pemerintah kini terus berupaya untuk memperluas akses pasar ekspor industri nasional. "Khususnya ke pasar ekspor ke negara potensial seperti Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika," kata Priyadi dalam keterangannya, ditulis Senin (3/6/2024).
Kemenperin menjelaskan kini permintaan terhadap produk telekomunikasi dan komunikasi saat ini menjadi booming seiring dengan pemenuhan berbagai kebutuhan layanan teknologi digital yang semakin tumbuh pesat di seluruh dunia. Produk tersebut di antaranya adalah handphone, laptop, kabel dan aplikasi digital yang kini menjadi kebutuhan mendasar bagi industri maupun masyarakat pada umumnya.
Relokasi beberapa industri dari China dinilai ikut memacu peningkatan realisasi investasi asing langsung bagi Indonesia. Hanya saja, tidak seluruh investasi dari ‘Negeri Panda’ bisa leluasa, khususnya yang bisa merusak lingkungan maupun menghempaskan industri lokal.
Pada 2023, total penanaman modal asing langsung sektor manufaktur tercatat moncer, dengan peningkatan sebesar US$4 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Secara total, nilai investasi asing itu tembus US$28,7 miliar.
Merujuk riset Jones Lang LaSalle (JLL), tren kenaikan investasi asing ini bakal berlanjut, terutama ditopang aliran dana seiring relokasi manufaktur China. Keputusan manufaktur China merelokasi pabrik antara lain memperkuat rantai pasok, serta meminimalkan gangguan dari sisi pasar maupun distribusi.
Lebih jauh, seperti dicatat JLL, manufaktur China yang lebih memilih relokasi ke Asia Tenggara dan India, membidik peluang berupa tingkat upah dan biaya bahan baku murah. Tidak hanya itu, kesiapan hingga harga lahan juga menjadi pertimbangan penting.
Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) memproyeksi industri kaca Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara tahun ini setelah pabrik kaca milik KCC Glass dari Korea dan Xinyi Glass Holdings Ltd dari China memulai produksi.
Ketua Umum AKLP Putra Narjadi mengatakan kedua pabrik tersebut akan menambahkan kapasitas produksi masing-masing sekitar 750 ton kaca per hari. Adapun, total kapasitas produksi kaca saat ini sebesar 1,23 juta per tahun.
"Di tahun ini Indonesia akan melewati Malaysia akan kembali menjadi nomor 1 di Asia Tenggara dengan adanya 2 pemain baru dari Korea Selatan dari China yang akan mulai produksi di akhir tahun dan awal tahun depan," kata Putra di Jakarta, Kamis (30/5/2024).
Putra menerangkan Indonesia sempat menjadi produsen kaca terbesar di Asean pada 2-3 tahun lalu. Namun, Malaysia kedatangan 3 pabrik kaca besar sehingga kapasitasnya mencapai 2,04 juta per tahun.
Page 30 of 132