Kebijakan hilirisasi di industri agro merupakan salah satu prioritas yang dijalankan oleh Kementerian Perindustrian. Beberapa komoditas yang dikembangkan melalui kebijakan tersebut antara lain spirulina (mikroalga) dan porang. Kemenperin membina perusahaan-perusahaan yang melakukan hilirisasi terhadap dua komoditas tersebut, salah satunya melalui fasilitasi kerja sama dengan para stakeholder terkait.
“Saat ini telah terdapat perusahaan yang berhasil memproduksi beberapa produk hilir berbasis Spirulina, meliputi superfood (suplemen dan kopi), superskin (masker wajah), dan supernature (pakan). Produk-produk yang telah dipasarkan tersebut memerlukan perluasan jaringan pasar, termasuk bekerjasama dengan industri pakan,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika di Jakarta, Sabtu (27/1).
Kementerian Perindustrian terus mendorong peningkatan potensi industri pengolahan daging, salah satunya melalui penyusunan kebijakan-kebijakan yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan menjaga keberlangsungan industri ini.
Peningkatan permintaan masyarakat terhadap produk pangan olahan serta masih rendahnya konsumsi daging nasional merupakan peluang bagi industri pengolahan daging untuk mengembangkan pasar produk daging olahan di dalam negeri. “Hal ini juga beriringan dengan program pemerintah untuk meningkatkan konsumsi protein hewani nasional dalam rangka menekan angka stunting dan gizi buruk,” Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyampaikan dalam sambutannya pada acara Musyawah Nasional National Meat Processors Association – Indonesia (NAMPA) di Jakarta, Rabu (17/01) lalu.
Realisasi investasi industri pengolahan atau manufaktur tercatat sebesar sebesar Rp596,3 triliun sepanjang 2023, lebih tinggi dari tahun lalu Rp497,7 triliun. Investasi manufaktur berkontribusi 42% dari total realisasi investasi Rp1.418 triliun.
Berdasarkan laporan Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi pada triwulan IV/2023 mencapai Rp162,3 triliun atau 44,4% dari total capaian investasi Indonesia sebesar Rp365,8 triliun. Capaian ini turun dari Rp163,7 triliun pada triwulan III/2023.
Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan kontribusi manufaktur terhadap total realisasi investasi selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meski, secara nilai mengalami penurunan.
Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) optimistis kinerja industri mesin akan melanjutkan pertumbuhan positif ditopang tren ekspansi manufaktur.
Chairman of GAMMA, Dadang Asikin mengatakan industri logam mesin telah mengalami pertumbuhan signifikan didorong produktivitas industri yang menguat ke level 52,2 pada Desember 2023.
"Proyeksi industri logam dan mesin tahun 2024 masih optimistis, hal ini didorong dengan konsistennya program hilirisasi industri logam yang cukup berhasil menaikkan ekspor," kata Dadang, Kamis (18/1/2024).
Adapun, industri mesin sebagai salah satu barang modal industri tumbuh mencapai 1,86% (year-on-year/yoy) pada triwulan III/2023, naik daripada periode sebelumnya sebesar 0,02%.
Center of Reform and Economics (CORE) Indonesia memprediksi kinerja industri pengolahan atau manufaktur dapat tumbuh positif di kisaran 5,4%-5,6% pada 2024. Namun, ada banyak catatan untuk bisa mewujudkan pertumbuhan tersebut.
Ekonom Core Indonesia Indonesia sekaligus Guru Besar Universitas Padjadjaran (Unpad), Ina Primiana, mengatakan produk domestik bruto (PDB) atas industri pengolahan melanjutkan tren penguatan yang tumbuh sebesar 5,20% pada triwulan III/2023.
"Jika konsisten, maka di tahun 2024 industri manufaktur akan semakin kuat dengan pertumbuhan bisa mencapai 5,4%-5,6%," kata Ina dalam Outlook Sektor-sektor Strategis CORE, dikutip Rabu (24/1/2024).
Untuk mewujudkan target tersebut, Ina menuturkan, peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) harus lebih digenjot. Dia mencatat, belanja barang dan belanja modal pemerintah tahun ini mencapai Rp655 triliun.
Kementerian Perindustrian memproyeksikan industri manufaktur akan bertumbuh seiring dengan perluasan pasar ekspor di kancah global.
Hal ini karena didukung kualitas produk lokal yang kian berdaya saing dan permintaan pasar ekspor yang terus meningkat, sehingga mendorong optimalisasi produktivitas perusahaan.
Kemenperin mencatat, pada triwulan III tahun 2023, industri logam dasar tumbuh double digit sebesar 10,86%.
Capaian ini melampaui jauh dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94% dan kinerja industri pengolahan nonmigas yang tumbuh berada di angka 5,02%.
“Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, khususnya sektor logam dasar ditopang oleh tingginya demand, di mana performa positif dari sektor industri logam dasar tersebut didukung oleh peningkatan permintaan pasar khususnya ekspor,” papar Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi dalam keterangan resmi, Kamis (18/1).
Page 32 of 127