Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi perlambatan kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) akibat kondisi ekonomi dunia serta serbuan produk impor asal China.
"Kebijakan-kebijakan yang ditempuh dalam rangka pengamanan pasar dalam negeri yang akan diambil, diharapkan dapat meminimalisasi dampak dari resesi global terhadap ekonomi nasional berupa penurunan permintaan dan menjaga pasar dalam negeri dari serangan barang asal impor khususnya dari Tiongkok," kata Menperin dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Menperin mengungkapkan situasi ekonomi global, utamanya kawasan Eropa dan negara tujuan ekspor lainnya berdampak pada kinerja industri TPT nasional yang memiliki tujuan utama ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa.
Nilai ekspor sektor alas kaki nasional pada Mei 2023 sebesar US$600,8 juta tercatat mengalami peningkatan sebesar US$157,9 juta atau naik 35,66 persen dibandingkan US$442,9 juta pada April tahun yang sama.
Padahal sebelumnya industri alas kaki masih belum menjajaki pertumbuhan karena penurunan ekspor yang mendera sejak pertengahan tahun lalu.
Bahkan pada Mei 2023, kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali terjadi di sektor ini, dilakukan oleh perusahaan produsen Puma yang berorientasi ekspor di Tangerang, kepada 600 karyawannya.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Budiarto Tjandra menyebutkan peningkatan ekspor yang terhitung secara m-t-m ini karena pada April lalu sektor alas kaki terhitung mengantongi pesanan luar negeri yang sepi.
Kementerian Perindustrian terus memperkuat sinergi dan kolaborasi berbagai pihak dalam mengembangkan sentra industri kecil dan menengah (IKM) di berbagai daerah. Pengembangan sentra IKM melalui revitalisasi kawasan sentra yang telah ada, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelaku IKM sekaligus menjadi salah satu upaya memompa tingkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.
“Kami berharap seluruh fasilitas dan dukungan peningkatan daya saing untuk pelaku usaha IKM, baik yang bersumber dari anggaran Dana Alokasi Khusus, ataupun APBN, APBD, dan sumber pembiayaan lainnya dapat berkontribusi positif dan nyata bagi peningkatan perekonomian,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, di Jakarta, Senin (19/6).
Sebagai upaya mendorong pertumbuhan dan perkembangan IKM, Ditjen IKMA Kemenperin memiliki berbagai macam program dan kegiatan peningkatan daya saing bagi para pelaku usaha IKM.
Industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) terus berupaya untuk memberikan kontribusi yang signikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pada triwulan I tahun 2023, sumbangsih sektor IKFT terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai 3,88 persen.
“Untuk ekspor sektor IKFT sepanjang tahun 2022 mencapai USD53,97 miliar, naik jika dibandingkan pada tahun 2021 yang hanya sebesar Rp49,21 miliar,” kata Plt. Direktur Jenderal IKFT Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (14/6). Sektor yang menjadi andalan ekspor tersebut, antara lain industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar USD21,41 miliar serta industri pakaian jadi sebesar USD9,69 miliar.
Pada triwulan I tahun 2023, dari sumbangsih sektor IKFT, nilai pengapalan terbesar berasal dari industri kimia dan barang dari kimia yang mencapai USD4,28 miliar, disusul industri pakaian jadi (USD2,03 miliar), industri kulit dan alas kaki (USD1,94 miliar), industri barang karet dan plastik (USD1,68 miliar), industri tekstil (USD934,72 juta), industri bahan galian non logam (USD306 juta), serta industri farmasi dan obat tradisional (USD175 juta).
Di tengah penurunan investasi di sektor tekstil Indonesia, investor asing dari Korea Selatan dan Taiwan masih tetap loyal untuk berinvestasi di sektor ini.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito menyebutkan pada kuartal I/2023 sektor TPT masih dilirik oleh investor asing, dengan perbandingan penanaman modal asing (PMA) yang lebih dominan dibandingkan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Mayoritas investor asing di sektor tekstil berasal dari Korea Selatan dan Taiwan.
“Investasi tekstil kuartal/I 2023 ini sebenarnya naik lebih banyak PMA-nya,” tutur Warsito kepada Bisnis di Kompleks Parlemen, beberapa waktu lalu.
Melihat dari data investasi dalam laman National Single Window for Investment (NSWI) BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), PMA tekstil pada kuartal I/2023 tercatat sebesar US$74,34 juta atau setara dengan Rp1,10 triliun (dengan kurs Rp14.892).
Industri otomotif nasional kian menunjukkan daya saingnya di kancah global, dengan semakin banyaknya permintaan dari pasar ekspor. Hal ini menandakan bahwa Indonesia selain menjadi basis produksi, juga sebagai hub ekspor bagi sejumlah produsen otomotif ternama di tanah air.
“Langkah positif tersebut tentu dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, industri manufaktur kendaraan roda empat nasional sudah berhasil menjadi pahlawan devisa,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Seremoni Produksi dan Ekspor Yaris Cross Mobil Elektrifikasi Ke-2 Persembahan Toyota Indonesia di Karawang, Selasa (13/6).
Menperin menyebutkan, sumbangsih industri otomotif terhadap devisa tercemin dari kemampuan ekspor secara Completely Buit Up (CBU) sebanyak 166 ribu unit mobil pada periode Januari-April 2023 atau meningkat 26 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022 berjumlah 131 ribu unit. “Secara nilainya, ekspor CBU pada periode Januari sampai April itu sebesar USD2,06 miliar atau meningkat 27,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang mencapai USD1,61 miliar.
Page 54 of 133