Industri sagu dan cokelat artisan di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Besarnya potensi untuk pengembangan industri sagu dan cokelat artisan dapat dilihat dari ketertarikan calon mitra luar negeri pada pameran Hannover Messe 2023 yang diselenggarakan di Hannover, Jerman bulan April lalu. Dalam gelaran tersebut, salah satu perusahaan industri pengolah sagu, yakni PT Bangka Asindo Agro mencatatkan transaksi potensial senilai Rp6 Miliar.

Para calon mitra potensial yang tertarik untuk bekerja sama dengan industri sagu dan cokelat artisan  berasal dari Jerman, Uzbekistan, dan Belanda. “Dalam rangka mendorong penumbuhan industri pengolahan sagu dan cokelat artisan, kami menyelenggarakan mengadakan rapat kerja untuk mendalami potensi dan mengambil langkah strategis,” terang Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika di Jakarta, Jumat (26/5).

Menurut Putu, tepung sagu merupakan salah satu bahan pangan sumber daya lokal yang memiliki potensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan utama. ”Dengan konten pati yang cukup tinggi, produktivitas tanaman sagu dapat mencapai 6,25 – 7,5 ton pati/Ha/tahun, dengan asumsi pohon sagu yang dipanen hanya sebanyak 25 pohon sagu/Ha.

Kementerian Perindustrian terus memacu daya saing industri pulp dan kertas di dalam negeri, dengan salah satu upayanya melalui pengembangan sumber daya manusia (SDM) kompeten. Pada Triwulan I - 2023, industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman tumbuh 2,2 persen dan berkontribusi sebesar 4 persen terhadap kinerja industri pengolahan nonmigas.

“Keberadaan SDM menjadi faktor penting dalam mendukung pertumbuhan industri. Guna mendukung industri dalam penyediaan tenaga kerja kompeten, kami telah menyelenggarakan pendidikan tinggi pada beberapa jenjang, mulai dari Diploma sampai dengan Magister Terapan, termasuk program setara Diploma 1 kerja sama industri,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Masrokhan di Jakarta, Sabtu (20/5).

Beberapa waktu lalu, Kepala BPSDMI membuka secara resmi perkuliahan program setara D1 Teknologi Kertas yang bekerja sama dengan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Serang Mill (PT. Indah Kiat Serang) di Serang, Banten. Dalam kerja sama ini, perkuliahan diselenggarakan langsung di PT. Indah Kiat Serang.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperjuangkan harga gas murah untuk industri menyusul rencana revisi harga gas bumi tertentu (HGBT).

"Saya sebenarnya juga harus merapat ke Setkab untuk memperjuangkan HGBT ini," kata Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito yang ditemui di sela Focus Group Discussion (FGD) tentang Optimalisasi Jasa Engineering, Procurement Construction Nasional Dalam Mendukung Perkembangan Industri di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, kebijakan harga gas murah buat industri telah memberikan dampak positif bagi ketahanan pangan nasional karena salah satu industri yang menerima harga gas khusus itu adalah industri pupuk.

"Pupuk ini sudah dua tahun terakhir, karena kebijakan HGBT, ketahanan pangannya masih bisa kita perjuangkan," katanya.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengungkapkan potensi Indonesia untuk bisa mengembangkan industri gula terintegrasi dengan perkebunan tebu di lahan rawa.

Hal itu disampaikan Putu saat meninjau pengembangan industri gula terintegrasi dengan perkebunan tebu di lahan rawa yang dilakukan PT Pratama Nusantara Sakti (PT PNS) sejak 2009.

“Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan perkebunan tebu di lahan rawa. Perkebunan yang berlokasi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, menjadi perkebunan pertama di Indonesia yang berada di lahan rawa,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Putu mengapresiasi usaha perusahaan tersebut dalam pemanfaatan lahan rawa menjadi perkebunan tebu produktif di Indonesia karena telah berhasil melakukan alih fungsi lahan rawa (lahan marjinal) yang tidak produktif menjadi lahan produktif untuk penanaman tebu.

Industri tekstil dinilai membutuhkan insentif guna bertahan di tengah kelesuan pasar. Namun pemerintah diingatkan agar proses pemberian insentif tidak dipersulit.

Ekonom Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menyarankan pemerintah memudahkan proses pemberian insentif untuk industri tekstil yang mengalami penurunan kinerja sejak pertengahan tahun lalu.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menjanjikan akan ada insentif bagi industri tekstil lantaran melihat adanya potensi pertumbuhan pasar domestik untuk industri ini.

Menurut Bhima, pemberian insentif untuk industri tekstil bisa melalui pemotongan tarif energi yang akan membantu memangkas pengeluaran perusahaan tekstil. Hal ini bisa membantu mengurangi beban produksi kala permintaan tengah ada dalam ketidakstabilan.

Sektor industri manufaktur kembali memberikan kontribusi paling tinggi terhadap capaian nilai ekspor nasional pada periode Januari-April 2023. Ekspor industri pengolahan menyumbang 70,21% atau mencapai USD60,63 Miliar dari total ekspor dalam periode tersebut yang sebesar USD86,35 Miliar.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekspor secara bulanan terendah pada April 2023, yang merupakan pola musiman karena momen libur Idul Fitri. Nilai ekspor secara tahunan di April 2023 juga mengalami kontraksi akibat pengaruh turunnya harga komoditas.

“Meski demikian, kami meyakini, selanjutnya kinerja ekspor sektor industri akan kembali meningkat setelah lepas dari pandemi,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Rabu (17/5).

Keyakinan ini didukung oleh indikator-indikator kinerja sektor industri yang menunjukkan pertumbuhan positif dan ekspansi.