Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan SDM industri yang kompeten.
 
“Kemenperin berupaya menciptakan SDM industri yang berdaya saing global melalui kerja sama dengan berbagai pihak,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPDMI) Kemenperin Masrokhan dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
 
Salah satu unit pendidikan vokasi, yaitu Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu (Polifurneka) di Kendal, menjajaki kerja sama dengan Politeknik Negeri Batam dalam penguatan kemitraan antar kampus, pengembangan Project Based Learning (PBL), dan pembentukan Career Development Centre (CDC).
 
PBL merupakan konsep pendidikan yang berbasis pada proyek karena Polifurneka memiliki kemampuan menghasilkan produk furnitur berkualitas tinggi. Proyek yang berasal dari industri ini dikerjakan bersama oleh tim yang terdiri dari para mahasiswa lintas prodi bersama dengan dosen pembimbing.

Perlambatan ekonomi global yang terjadi sejak akhir tahun 2022, kenaikan suku bunga, dan penurunan harga komoditas produk utama ekspor mulai berdampak pada daya beli konsumen dalam negeri. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Indeks Ekspektasi Penjualan tiga bulan ke depan (triwulan kedua). Hasil Survei Penjualan Eceran BI bulan April 2023 hanya sebesar 129,8, lebih rendah 24,38 poin dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Kondisi tersebut mempengaruhi nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Mei 2023 yang ekspansinya semakin melambat.

“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Mei 2023 mencapai 50,9. Tetap ekspansi, meskipun melambat 0,48 poin dibandingkan April 2023,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif saat menyampaikan rilis IKI Mei 2023 di Jakarta, Rabu (31/5).

Perlambatan IKI bulan Mei 2023 ini dipengaruhi oleh penurunan IKI beberapa subsektor industri, dari semula ekspansi menjadi kontraksi. Hal tersebut antara lain terjadi pada subsektor Industri Pengolahan Tembakau, Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman, Industri Farmasi, Obat Kimia, dan Tradisional, dan Industri Logam Dasar.

Pemerintah telah mematok pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,3 persen hingga 5,7 persen pada 2024. Sektor manufaktur dinilai masih akan menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut.

Untuk itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menargetkan sektor manufaktur dapat bertumbuh pada kisaran 5,4 hingga 5,8 persen, bahkan diharapkan tumbuh hingga 7 persen jika ingin ingin mencapai pangsa di atas 20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

“Dari sisi produksi, kita harap industri pengolahan bisa tumbuh 5,4 hingga 5,8 persen, semestinya bisa lebih jauh di 6 atau 7 persen jika kita menginginkan kontribusi industri pengolahan di atas 20 persen dari PDB,” katanya dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin (5/6/2023).

Pelaku industri keramik dalam negeri meningkatkan target produksi tahun ini untuk menyambut peluang bisnis dalam proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan target produksi keramik nasional 2023 naik dari 551 juta m2 menjadi 625 juta m2.

“Produksi keramik di tahun 2023 yang semula 551 juta m2 akan ditingkatkan menjadi 625 juta m2,” kata Edi seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (30/5/2023).

Saat ini, sambungnya, tingkat utilisasi di industri keramik nasional mencapai 78 persen. Tahun depan, ditargetkan utilisasi industri meningkat menjadi 82 persen.

Kondisi industri pengolahan nonmigas di tanah air masih menunjukkan geliat yang positif, dengan ditandai dari hasil capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada bulan Mei berada di level 50,3 atau masih dalam fase ekspansi. Laju aktivitas industri manufaktur ini didukung oleh produktivitas yang masih berjalan karena pasokan bahan baku terjaga.

“Kita masih harus bersyukur karena kondisi industri manufaktur tetap berada di level ekspansi selama 21 bulan berturut-turut. Meskipun terjadi perlambatan lajunya dibanding bulan lalu, tetapi untuk kondisi permintaan baru dan lapangan kerja masih cukup baik,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (5/6).

PMI manufaktur Indonesia pada Mei mampu mengungguli PMI manufaktur Malaysia (47,8), Taiwan (44,3), Vietnam (45,3), Korea Selatan (48,4), Inggris (47,1), Belanda (44,2), Jerman (43,2), Prancis (45,7), dan Amerika Serikat (48,4). Bahkan juga di atas PMI manufaktur Dunia (49,6) dan Zona Eropa (44,8).

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) Purwono Widodo menyebut World Steel Association memproyeksikan permintaan baja global pada 2023 setidaknya akan tumbuh sebesar 1,1 persen untuk mencapai sekitar 1,8 miliar metrik ton. Dari sebanyak 1,8 miliar metrik ton tersebut, permintaan baja di kawasan Asean diperkirakan mencapai 77,9 juta ton.

Angka 77,9 juta ton tersebut meningkat 3,5 juta ton dari kebutuhan 2022 yang sebanyak 75,3 juta ton, dengan total produksi sebesar 58,5 juta ton, meningkat 9,1 persen dari produksi tahun sebelumnya.

“Ekspor dari Asean juga terus meningkat sejak 2016 dengan total ekspor 8,6 juta ton dan menjadi 25,1 juta ton pada 2022. Meskipun ada perkembangan positif dari permintaan, produksi, dan ekspor, penting untuk dicatat bahwa Asean adalah importir baja yang besar selama bertahun-tahun,” tutur Purwono dalam acara South East Asia Iron and Steel Institute (SEAISI) Conference & Exhibition 2023 di Manila, Filipina, yang tertuang dalam keterangan tertulis, Minggu (28/5/2023).